Unggul Islami Enterpreneurship

Al An 'Am ( Hewan Ternak)

 


Oleh: S Purwadi Mangunsastro, Sekjen PDKN - Direktur Eksekutif Yayasan Al Farizi Nusantara Jakarta. 


OPINI-Surah Al An 'am banyak membahas tentang kebohongan karena surah ini secara khusus menyoroti kesesatan akidah dan praktik kaum musyrik yang seringkali didasarkan pada kebohongan dan prasangka, bukan pada kebenaran. 

Saya menemukan 10 ayat menyebut kebohongan atau 10 kali hal kebohongan di jelaskan pada surah Al An 'am. Beragam bentuk kebohongan dilakukan manusia, baik bersifat membohongi Allah maupun bohong terhadap dirinya sendiri,  menghalalkan dan mengharamkan sesuatu tanpa dasar yang benar, tindakan hanya mengikuti hawa nafsu dan prasangka semata, menempatkan sesuatu yang tidak pada tempatnya (dzalim atau tidak adil).

Di negara kita selama satu dasawarsa terakhir dipenuhi serbuan kebohongan. Mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa fenomena kebohongan itu akrab dalam dunia propaganda. Prinsip popaganda ini menjejali opini publik dengan disinformasi, hingga membuahkan efek ilusi kebenaran. Yang tidak benar menjadi benar karena orang cenderung percaya pada informasi yang salah oleh sebab telah terpapar berulang ulang. 

Berbeda dengan kebenaran yang datangnya dari Allah, kebohongan berasal dari setan dan hawa nafsu. Kebiasaan berbohong, berbicara dusta, jelas mencirikan orang munafik, jika berjanji dengan mudahnya diingkari. 

Praktik kaum musyrik seringkali didasarkan pada kebohongan dan prasangka, bukan pada kebenaran. Kegawatan akut kebohongan bisa menjurus ke perbuatan syirik, yakni perbuatan menyekutukan Allah. Jika kecintaannya terhadap makhluk lain  disejajarkan dengan kecintaannya terhadap Allah, maka tergolong musyrik.  

Surah An Nisa, ayat 48, firman Allah mengingatkan : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". 

Bohong lawan katanya jujur. Surah Al An 'am menyoroti pentingnya kejujuran dan keadilan. KKN yang merajalela adalah implikasi dari tindak kebohongan, pengabaian reputasi, dan nilai-nilai pendidikan karakter dan akibatnya merebak kebejatan moral.

Al An 'am juga mengingatkan tentang pentingnya mengikuti jalan yang lurus, menghindari jalan yang menyimpang. Allah berfirman dalam surah Al An 'am bahwa petunjuk Allah bisa diberikan kepada siapa saja hamba-hambanya yang dikendaki Nya (ayat 88) asal tidak mencampuradukkan iman dengan syirik (ayat 82). 

HEWAN TERNAK; Al An 'am (hewan ternak) merupakan surah Makkiyah yang diturunkan sebelum hijrah, dan urutannya dalam mushaf ditentukan oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW, urutannya dalam mushaf adalah nomor 6, jumlah seluruh ayatnya ada 165 ayat terdiri juz 7 dan juz 8.

Nama Al An 'am digunakan untuk nama surah ini karena banyak berbicara mengenai hukum-hukum terkait hewan ternak dan bagaimana hewan-hewan menempati nilai kepercayaan masyarakat pada masa itu. 

Surah ini dinamakan demikian karena di dalamnya terdapat pembahasan mengenai binatang ternak seperti unta, sapi, dan kambing, serta kaitannya dengan adat-istiadat kaum musyrik yang menganggap hewan-hewan tersebut sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Surah Al An 'am  ayat 118 - 121 Allah menegaskan betapa bahayanya memakan dari apa (daging hewan) yang ketika disembelih tidak disebut nama Allah karena perbuatan ini benar-benar kefasikan, dan setan akan membalikkan mereka menjadi musyrik (ayat 121). Maka Allah memerintahkan agar orang beriman memakan dari apa (daging hewan) yang ketika disembelih disebut nama Allah (ayat 118). 

Selain perintah tentang untuk menyembelih hewan semata atas nama Allah, ayat 152 mengingatkan pentingnya memperlakukan anak yatim, dan 

memerintahkan agar pengelola harta anak yatim menyerahkan hartanya ketika anak yatim telah mampu mengelola hartanya sendiri dengan baik dengan cara mengujinya terlebih dahulu.  

Di jaman jahiliyah jumlah hewan ternak yang dimiliki seringkali menjadi simbol status sosial dan harta kekayaan seseorang. Penuhanan hewan ternak pada masa jahiliyah merupakan bagian dari sistem kepercayaan yang menyimpang dan ditolak oleh ajaran Islam. 

Fenomena perilaku kebohongan dengan segala ekses negatif yang terjadi di Indonesia relevan dengan surah ini. Mereka para pembesar terus menjunjung tinggi hubuddunya pada kekuasaan dan harta, mengagungkan urusan dunia hingga membuatnya abai perkara akhirat taat kepada Allah. 

Tidak berlebihan bila dikatakan tendensi para pembesar negara kita meniru tabiat jaman jahiliyah. Kondisi ekonomi rakyat yang terpuruk dan ketimpangan sosial antara rakyat miskin dengan pejabat atau elitis penguasa dan pengusaha yang hidup mewah, ditambah dengan beban pajak kepada rakyat hal ini menciptakan ketidakadilan. Hasil bumi dikeruk untuk kalangan tertentu elit penguasa dan pengusaha, dijadikan ladang korupsi baru, menyisakan lingkungan alam yang rusak parah. 

Sementara itu pemerintah bermetafora dengan istilah "berburu di kebun binatang" dalam konteks memburu penerimaan pajak tetapi yang terjadi justru rakyat semakin banyak dikenakan beban-beban pajak-pajak dan pada akhirnya "berburu" tak lebih sebagai idiom tabiat jahiliyah yang mengagungkan hewan ternak sebagai bagian proses untuk menarik lebih banyak pajak kedalam sistem manajemen yang korup yang justru membebani negara dan rakyat dengan hutang-hutang yang menggunung.

Kandungan surah Al An 'am memberikan pelajaran dan pedoman yang relevan dengan berbagai aspek kehidupan. Surah ini menekankan pentingnya tauhid, keadilan, menjauhi kemusyrikan, berbuat baik, dan mengambil pelajaran dari sejarah. Al An 'am ayat 123 ini mengungkapkan bahwa di setiap negeri, ada orang-orang jahat yang memiliki kecenderungan untuk melakukan tipu daya dan makar. 

Para pembesar- pembesar yang jahat melakukan tipu daya di negeri itu. Surah ini memberikan peringatan bahwa perbuatan jahat dan tipu daya pada akhirnya akan kembali kepada pelakunya sendiri, sementara mereka mungkin tidak menyadari dampak buruk yang mereka timbulkan. 

Ayat 129 memperjelas bahwa sebagian orang-orang zalim berteman dengan sesamanya sesuai apa yang mereka kerjakan. Di negara kita para pembesar, baik kalangan petinggi negara, pejabat pemerintah dan atau elit penguasa dan pengusaha serta wakil wakil rakyat saling berkomplot menjaga kekuasaan tetap eksis dan bertindak zalim kepada rakyat dengan tak segan-segan lagi mereka  mendustakan kebenaran. 

Orang zalim adalah orang-orang yang mendengarkan bacaan Al-Quran, tetapi hati dan telinga mereka tertutup sehingga tidak dapat memahami dan menerima kebenaran, mereka tidak mengambil manfaat dari ajaran yang disampaikan (ayat 21 - 25). Orang yang terkena hubuddunya akan menganggap dunia sebagai tujuan utama hidupnya, bukan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat.

Surah Al An 'am  ayat 151-153 menyerukan tauhid, yaitu mengesakan Allah, dan melarang segala bentuk syirik, baik dalam perbuatan maupun keyakinan. 

Surah ini juga menegaskan bahwa orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan imannya dengan kezaliman (syirik) akan mendapatkan petunjuk dan perlindungan dari Allah. 

Surah Al An'am selain terkandung tentang tahuid atau keesaan juga membahas peringatan bagi orang-orang yang mendustakan kebenaran. Perbuatan syirik akan menghapuskan semua amal baik dan pelakunya akan kekal di neraka, jika mereka tidak bertaubat. 

Menjadikannya seseorang penguasa sebagai tempat bergantungpun sudah tergolong mempersekutukan Allah karena perbuatan ini sudah tergolong mengingkari keesaan Allah dan menyamakan sesuatu dengan-Nya.

Melalui ayat-ayatnya, Allah menunjukkan bagaimana kaum mukmin seharusnya mengikuti petunjuk-Nya dan menjauhi segala bentuk kebohongan. Tetapi tampaknya, gejala kegawatan akut kebohongan telah melanda negara kita. Ini sangat memprihatinkan. 

KONTEMPLASI; Umat manusia dianjurkan untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu yang telah binasa sebagai pelajaran agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Surah Al An 'am ayat 6 Allah berfirman :

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan? (yaitu) generasi yang telah Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi, yang belum pernah Kami berikan kepada kamu. Dan Kami telah mencurahkan hujan yang lebat untuk mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri dan Kami ciptakan generasi yang lain setelah mereka." 

Ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa kerusakan alam yang terjadi, seperti bencana alam, adalah akibat dari ulah manusia yang melanggar aturan Allah dan merusak keseimbangan alam. Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan tanah longsor sering dianggap sebagai bentuk murka Allah. Tujuannya memberikan peringatan dengan membiarkan manusia merasakan sebagian akibat dari perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar. 

Seorang muslim merenungkan ciptaan Allah, tidak hanya berpikir tentang keindahan alam semesta  tetapi juga merasakan kebesaran dan kekuasaan Allah yang menciptakan semua itu. Agar tidak mendapat murka Allah dan siksaNya seseorang diperintahkan untuk takwa agar selamat di dunia dan akhirat. 

Takwa seseorang dikatakan sempurna bila telah menjaga diri dari perbuatan dosa walaupun seberat biji sawi, bersedia meninggalkan syubhat yaitu sesuatu yang kehalalannya diragukan dengan takut tergelincir pada yang haram, sehingga terbentuklah benteng kokoh diantara dirinya dengan barang haram dan perbuatan yang dimurkai Allah. Demikian juga hendaknya manusia menjauhkan dari perbuatan jahat.

Firman Allah dalam Al Quran pada surah Al Imran 3 :102 memerintahkan agar manusia bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” 

Al An'am ayat 161-165 dan berada sebagai bagian akhir dari surah Al An 'am  mengandung ajaran tauhid, perintah untuk beribadah hanya kepada Allah. Ayat 161 Allah menegaskan bahwa Nabi Muhammad diperintahkan untuk menyampaikan kepada umatnya bahwa beliau mengikuti jalan yang lurus, yaitu agama Islam yang hanif (lurus) dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim yang juga seorang yang hanif dan bukan termasuk orang musyrik. 

Ayat-ayat tersebut juga menjelaskan mengenai kekuasaan serta kebijaksanaan Allah dalam menciptakan dan mengatur alam semesta. 

Menjelaskan tentang ibadah, hidup, dan mati seorang muslim hanya dipersembahkan untuk Allah, Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ibadah. Dalam ayat tersebut Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, dalam tugas sebagai khalifah inilah Allah mengatur alam semesta dan memberikan kelebihan kepada sebagian manusia atas sebagian yang lain sebagai ujian. 

Kontemplasi atau bertafakur dapat belajar mengambil hikmah dari  memahami makna ayat-ayat Al-Quran dan merenungkan kebesaran Allah, dengan begitu menjadi pelajaran dan meningkat motivasi pribadi yang lebih bijaksana dan ibadahnya lebih khusyuk. 

Ayat 131, Allah menegaskan bahwa Allah tidak akan bertindak zalim, membinasakan suatu negeri atau dengan menghukum suatu kaum tanpa bukti yang jelas dan peringatan yang disampaikan melalui rasul. Terkandung arti Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk memperbaiki diri sebelum datangnya azab. 

Ayat 133 menjelaskan jika Allah berkehendak, Dia dapat membinasakan suatu kaum dan menggantinya dengan kaum lain, seperti Dia menciptakan manusia dari berbagai generasi. 

Ayat 134, janji Allah pasti akan datang dan tidak ada seorangpun yang mampu menolaknya. 

Ayat ini menekankan kepastian datangnya hari kiamat dan pembalasan atas perbuatan manusia, serta ketidakberdayaan manusia untuk menghindarinya. Ayat ini juga mengingatkan bahwa Allah SWT memiliki kuasa untuk membinasakan umat manusia yang mendurhakai-Nya, meskipun mereka memiliki kedudukan yang kuat dan diberi berbagai kenikmatan.

(sp.official.270625-01Muharram1447H).

Baca Juga
Posting Komentar