Unggul Islami Enterpreneurship

Budi Kamrul, Dari Antar Makanan hingga Diincar Adnan Jadi Cawagub


* Berita ini sebelumnya sudah terbit di Palopo Pos

Apa yang terbayang di kepala kita, kalau mendengar kalimat 'anak bupati'? Mewah, bergelimang harta, dan hidup serba enak. Tapi hal-hal tersebut sangat jauh dari sosok yang satu ini, sebagai anak Bupati, hidupnya jauh dari kesan mewah. Sosok itu adalah Budi Kamrul.

Beliau merupakan anak mantan Bupati Luwu, Kamrul Kasim, yang memimpin Kabupaten Luwu pada periode 1999 hingga 2004.

Meski berlabel 'anak bupati', kesan mewah sangat jauh dari sosok ini. Bahkan Budi, pernah melakoni pekerjaan yang sangat kontradiktif dengan statusnya itu; menjadi kurir, tukang antar makanan.

Pun begitu, berawal dari menjadi kurir, Budi akhirnya berhasil merintis usaha pengantaran makanan dan minuman yang cukup fenomenal di Makassar; Tanya Budi.

Jauh sebelum masuknya aplikasi pengantaran seperti gojek dan grab, Tanya Budi sudah lebih dulu merajai Makassar. Dengan puluhan kurir, Tanya Budi siap melayani pesanan makanan dan minuman bagi warga Makassar.

"Awalnya iseng karena lagi nganggur, ternyata akhirnya bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain," katanya.

Setelah berhasil merintis Tanya Budi, alumnus Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin ini, juga menggeluti berbagai jenis usaha lain, termasuk mendirikan lembaga survei dan konsultan politik.

Selain menggeluti beberapa usaha, Budi saat ini juga aktif dalam urusan umat. Saat ini Budi menjadi salah satu pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel, selain itu dia juga mendirikan Yayasan Ayo Bantu Masjid.

Di tahun 2024 ini, nama Budi kembali mencuat. Itu setelah foto dirinya bertemu dengan Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan, beredar masif di media sosial, khususnya di grup-grup kerukunan keluarga Tana Luwu. Budi disebut-sebut sedang diincar Adnan. Bupati Gowa dua periode itu memang sedang digadang maju sebagai 01 Sulsel. 

Soal ini, Budi belum mau sesumbar. Pun begitu, dia tak menampik jika Adnan memanggilnya untuk bertukar gagasan bagaimana membangun Sulsel ke depan. 

"Setelah bertahun-tahun bergelut sebagai pelaku usaha, termasuk pegiat di bidang sosial-keagamaan, tentu ada saja yang menjadi keresahan saya pribadi. Keresahan ini yang coba kami sampaikan dengan solusi yang bisa saya tawarkan," ungkapnya.


Ikut Kontestasi Politik Berbekal Warisan Ayahanda

Budi Kamrul bukanlah sosok yang baru dalam perhelatan politik; baik pada pemilihan kepala daerah ataupun pemilihan anggota legislatif. Pengalaman kurang lebih 15 tahun sebagai konsultan politik, menempa dirinya merasakan asam garam kontestasi politik.

Terlibat sebagai ketua tim ataupun master campaign, beberapa kontestasi politik telah berhasil dimenangkan oleh suami dari Hj. Andi Tenri Awaru ini. Pengalaman ini juga membuat Budi memiliki jaringan relawan yang cukup luas di Makassar, Maros, Gowa, Wajo, Sidrap, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan Kota Palopo

Jika pertarungan pada perhelatan politik sekelas Pemilu Kepala Daerah, bagi sebagian orang tentu identik dengan modal besar, keuangan yang kuat. Bagi Budi, uang disebut bukanlah satu-satunya faktor penentu. Dia percaya, gagasan-gagasan baik untuk perbaikan kehidupan masyarakat, juga adalah sebesar-besarnya modal.

Budi sendiri menyebut, tidak punya modal keuangan yang besar untuk ikut dalam pertarungan politik. Dia menyebut, justru 'warisan' nilai-nilai kebaikan yang diturunkan mendiang ayahandanya lah yang menjadi modal terbesarnya.

"Bapak itu tidak mewariskan harta apa-apa, tapi nilai-nilai kebaikannya yang selama ini saya jadikan sebagai pegangan," ungkapnya.

Budi menyebut, tidak jarang dirinya bertemu dengan orang-orang yang masih mengingat kebaikan-kebaikan almarhum bapaknya. "Alhamdulillah, ini yang saya sangat syukuri, bagaimana kebaikan beliau masih diingat oleh orang banyak," tuturnya.


Mimpi Besar untuk Tana Luwu

Almarhum Dr. Kamrul Kasim dikenang sebagai salah satu Bupati Kabupaten Luwu dengan sederet prestasi yang membanggakan. Beberapa keberhasilan yang dapat dinikmati masyarakat hingga saat ini, diantaranya pemrakarsa pemekaran Kabupaten Luwu menjadi empat wilayah (Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan Kota Palopo), pembangunan Bandara Bua, hingga meletakkan dasar pembangunan Kota Belopa yang saat ini menjadi ibukota Kabupaten Luwu.

Terkait pembangunan Bandara, Budi mengaku punya kenangan tersendiri. Di awal pembangunan Bandara ini, sangat banyak tantangan yang dihadapi, termasuk penolakan dari berbagai pihak. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk menghadirkan prasarana transportasi udara itu.

"Saya ingat betul, beberapa kali bapak didemo agar tidak melanjutkan pembangunan itu. Tapi bapak tidak bergeming, malah dia yang pergi ukur sendiri lahannya," tuturnya.

Semangat ayahandanya yang sangat besar dalam membangun Tana Luwu, juga menjadi inspirasinya. Sejumlah gagasan sudah dimiliki Budi untuk dapat diwujudkan di masa mendatang.


*Pabrik penggilingan padi modern*

Tana Luwu merupakan penyandang kebutuhan pangan terbesar di Sulawesi Selatan. Saat ini, 70 hingga 80 persen gabah basah, berasal dari Tana Luwu.

Hanya saja, saat ini, proses pengolahan gabah hingga menjadi beras, justru tidak dilakukan di Tana Luwu. Hal ini menyebabkan petani di Tana Luwu tidak mendapatkan nilai ekonomi yang optimal dari hasil panen.

Olehnya, salah satu upaya yang dapat dilakukan agar petani bisa mendapat nilai ekonomi yang lebih besar, adalah menghadirkan Modern Rice Milling Plant (MRMP) atau pabrik penggilingan padi modern.

"Saya yakin, jika kita bisa menghadirkan pabrik pengolahan beras di Tana Luwu, maka petani kita, baik pemilik maupun penggarap, pasti akan mendapatkan nilai ekonomi yang lebih baik," jelasnya.


*Pabrik cokelat*

Kawasan Tana Luwu juga dikenal sebagai penghasil kakao terbesar di Sulsel, sayangnya hingga saat ini, belum ada upaya untuk menghadirkan pabrik pengolahan cokelat di Tana Luwu.

"Padahal dengan melakukan pengolahan sebelum dikirimkan ke pabrik pengolahan makanan berbahan baku cokelat, nilai ekonominya akan jauh lebih tinggi," terangnya.


*Teater Internasional Lagaligo*

Sebagai pewaris karya sastra terpanjang di dunia; Lagaligo. Masyarakat Tana Luwu sudah seharusnya menjadi tuan rumah bagi pementasan-pementasan sekuel karya sastra itu

"Tapi sepertinya hal ini belum menjadi perhatian serius," katanya. 

Padahal, dengan adanya teater berkelas internasional, tidak hanya menjadi bagian dari upaya menjaga kebudayaan kita. Tapi juga bisa memberi nilai ekonomi bagi masyarakat dengan banyak pertunjukan yang dilangsungkan.


*Kota baru di Timur Sulsel*

Selain Palopo yang saat ini sudah berkembang sebagai kota jasa di kawasan utara Sulawesi Selatan. Wilayah di bagian timur Sulsel, juga sangat potensial untuk dikembangkan.

"Mengingat posisinya yang menjadi penyangga bagi wilayah Sulawesi Tengah, maka Malili juga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan kota jasa yang baru," katanya.

Posisinya yang berada di tengah-tengah antara Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, sebut Budi, menjadikan wilayah ini sangat strategis untuk dikembangkan.

"Jadi nantinya, perputaran ekonomi itu tidak hanya ke Makassar saja, tapi sudah bisa berlangsung di Sorowako dan Malili, terlebih posisinya dekat dengan wilayah-wilayah pertambangan," pungkasnya.

Baca Juga
Posting Komentar