KUMIS FORKEIS UINAM Kupas Solusi Ekonomi Syariah Hadapi Defisit Anggaran
Mitraindonesia, Makassar — Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) FORKEIS UIN Alauddin Makassar kembali menyelenggarakan kegiatan Kajian Umum Forkeis (KUMIS) dengan mengusung tema krusial, “Menjawab Defisit Anggaran: Solusi Ekonomi Syariah di Tengah Penurunan Penerimaan Pajak.” Jumat, 25 April 2025.
Kegiatan ini berlangsung di Sekretariat FORKEIS UINAM dan menghadirkan tokoh ekonomi syariah nasional, Mega Oktaviany, selaku pemateri. Ia dikenal sebagai pendiri dan Direktur Eksekutif pertama KSEI FORKEIS UINAM serta saat ini menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pakar MPP KAFOSSEI periode 2024–2027.
Dipandu oleh Nur Fadhilah Syahadah sebagai moderator dan diawali tilawah oleh Azzahrah Aulia, kajian ini berhasil menyedot antusiasme peserta, terutama dari kalangan kader dan mahasiswa pecinta ekonomi Islam.
Dalam pemaparannya, Mega Oktaviany menyoroti pentingnya menghadirkan solusi berbasis nilai-nilai syariah dalam merespons tantangan fiskal negara. Ia menyampaikan bahwa pendekatan spiritual dan integritas ekonomi sangat diperlukan dalam merancang kebijakan yang adil dan berkelanjutan.
"Hal ini menjadi semakin relevan mengingat posisi utang pemerintah Indonesia yang terus meningkat. Per November 2024, total utang pemerintah tercatat sebesar Rp8.680,13 triliun, dengan rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 39,2%. Komposisi utang tersebut didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN), termasuk di dalamnya Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1.502,30 triliun, yang mencerminkan adanya integrasi prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan fiskal nasional," urai Mega.
Mega menekankan bahwa solusi fiskal tidak cukup hanya dari sisi teknokratis, namun harus dibarengi dengan pendekatan berbasis nilai, seperti transparansi, keadilan, dan keberlanjutan, nilai-nilai yang sejalan dengan prinsip ekonomi syariah.
"Dengan demikian, pengelolaan utang negara tidak hanya menjadi tanggung jawab fiskal, tetapi juga moral, demi menjaga kepercayaan publik dan keberlanjutan pembangunan," imbuhnya.
Tak hanya menyentuh aspek teknis ekonomi syariah, Mega juga meninggalkan beberapa pesan motivasional yang menggugah semangat peserta.
“Jadilah pelaku sejarah, jangan jadi penikmat sejarah,” ujarnya, mendorong generasi muda untuk tidak hanya menjadi pengamat, tetapi turut aktif memberi kontribusi nyata bagi perubahan.
Ia juga menyoroti pentingnya kekuatan mental, khususnya bagi perempuan. “Untuk perempuan, kita dilarang menangis kecuali dalam dua hal: pernikahan dan kematian,” ucapnya dengan nada tegas namun inspiratif.
Menutup sesi, Mega Oktaviany menekankan bahwa semangat lebih berdaya dorong daripada kecerdasan semata. “Orang cerdas akan kalah dengan orang yang punya rasa semangat.”
Kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan tentang solusi ekonomi syariah di tengah tantangan fiskal, tetapi juga menjadi momen reflektif bagi mahasiswa untuk terus membangun integritas, semangat, dan peran aktif dalam perubahan sosial berbasis nilai-nilai Islam.