Ulasan: The New Rules of the World, Ketika Globalisasi Menjadi Wajah Baru Penjajahan

Redaksi

06 September

Mitraindonesia--The New Rules of the World adalah film dokumenter karya jurnalis investigatif asal Australia, John Pilger, yang dirilis pada tahun 2001. Meskipun sudah lebih dari dua dekade berlalu sejak penayangannya, film ini tetap relevan hingga hari ini—terutama bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Pilger membongkar wajah lain dari globalisasi: bukan sebagai pembawa kemakmuran, melainkan sebagai instrumen kekuasaan ekonomi yang menciptakan ketimpangan, eksploitasi, dan ketergantungan.

Melalui film ini, kita diajak melihat bagaimana "aturan main baru dunia" justru meminggirkan mereka yang paling rentan.

Isi dan Gagasan Utama

1. Eksploitasi Tenaga Kerja di Negara Berkembang

Salah satu fokus utama film ini adalah kondisi buruh di pabrik-pabrik Indonesia yang memproduksi barang untuk merek-merek global seperti Nike dan Adidas.

Pilger menunjukkan bahwa:

Buruh, sebagian besar perempuan, dibayar jauh di bawah upah layak.
Mereka bekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi, namun tidak punya pilihan lain karena terbatasnya lapangan pekerjaan.
Sementara itu, produk yang mereka buat dijual dengan harga tinggi di negara maju, menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan multinasional.

Poin penting: Sistem ini menciptakan ekonomi nilai tambah yang timpang—di mana kerja keras buruh murah menjadi landasan kemakmuran di negara maju.

2. Ketergantungan pada Utang Luar Negeri

Film ini juga menyoroti peran Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia yang memberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dengan syarat-syarat berat:

Privatisasi BUMN.
Penghapusan subsidi untuk rakyat miskin.
Liberalisasi pasar domestik yang mengundang dominasi asing.

Menurut Pilger, ini menciptakan siklus ketergantungan dan menjadikan negara-negara berkembang terjebak dalam kendali ekonomi dari luar.

3. Kolonialisme Gaya Baru (Neokolonialisme)

John Pilger menyebut globalisasi sebagai bentuk baru kolonialisme, di mana:

Kekuasaan tidak lagi ditentukan oleh senjata, melainkan oleh kebijakan ekonomi.
Negara seperti Indonesia tidak lagi dijajah secara fisik, tetapi melalui dominasi pasar dan utang.

Ini adalah “penjajahan tanpa bendera,” di mana kedaulatan ekonomi hilang secara perlahan tanpa masyarakat menyadarinya.

Relevansi dengan Indonesia Saat Ini,

Tantangan Ekonomi Modern

Indonesia masih bergulat dengan banyak isu yang dikritik dalam film ini:

Ketimpangan antara korporasi besar dan buruh.
Ketergantungan terhadap modal asing.
Keterbatasan negara dalam melindungi sektor strategis akibat tekanan internasional.

Peran Negara dan Kedaulatan Ekonomi

Film ini mendorong kita untuk mempertanyakan:

Apakah privatisasi benar-benar membawa efisiensi?
Siapa yang paling diuntungkan dari investasi asing—rakyat atau elite?

Indonesia hari ini masih mencari keseimbangan antara menarik investor global dan melindungi kepentingan nasional.

Keadilan Sosial dan Perlindungan Buruh

Masalah hak buruh, upah minimum, dan kondisi kerja layak masih menjadi isu hangat di berbagai sektor, terutama di industri padat karya.

Belajar dari Pilger, Menata Arah Bangsa

The New Rules of the World adalah pengingat keras bahwa tidak semua bentuk globalisasi membawa kesejahteraan. Tanpa kewaspadaan, negara seperti Indonesia bisa menjadi korban sistem ekonomi global yang timpang.

Namun, bukan berarti Indonesia harus menutup diri. Sebaliknya, film ini mengajarkan bahwa:

Keterlibatan dalam sistem global harus dilakukan dengan posisi tawar yang kuat, strategi yang cermat, dan keberpihakan pada rakyat.

Dengan memahami dinamika globalisasi secara kritis, Indonesia bisa menjadi subjek yang menentukan arah masa depannya, bukan sekadar objek dalam permainan kekuatan ekonomi dunia.

Catatan Penutup, Film ini penting ditonton oleh:

Mahasiswa ekonomi, hubungan internasional, dan sosial-politik.
Pengambil kebijakan yang berkutat dengan isu investasi, ketenagakerjaan, dan perdagangan internasional.
Aktivis dan pekerja yang memperjuangkan keadilan sosial.

Youtube:

Sumber: Youtube, John Pilger